MENELITI SEKULARISASI MASYARAKAT BUKIT MENOREH, DOSEN ALMA ATA RAIH DOKTOR

MENELITI SEKULARISASI MASYARAKAT BUKIT MENOREH, DOSEN ALMA ATA RAIH DOKTOR

Kamis, 18 Juli 2019, Ahmad Salim berhasil dengan gemilang mempertahankan disertasinya   di Aula Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, sehingga layak menyandang sebagai Doktor ke- 666. “Sekulerisasi pada kontek modernitas tidak membunuh sakralitas nilai agama”. Demikian statemen yang dilontarkan oleh Dosen PAI Alma Ata ini sebagai temuan atas penelitian yang dilakukan pada masyarakat Bukit Menoreh Yogyakarta.

Dalam sidang terbuka promosi doktor ini, Prof. Drs. K.H. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D yang juga rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi ketua sidang. Kemudian sebagai sekretaris sidang adalah Ahmad Rafiq, MA., Ph.D (Ketua Prodi S3 Pascasarjana UIN Suka Yogyakarta).

Disertasi yang dipromotori oleh Prof. Dr. H. Maragustam, MA., dan Dr. H. Radjasa, M.Si ini berjudul “Sekulerisasi dan Kebertahanan Makna Simbolik: Respon dan Penguatan Nilai Religiusitas Madrasah di Bukit Monoreh Yogyakarta. Sementara para penguji lainnya adalah Prof. Dr. Hj. Farida Hanum, M.Si (Guru Besar Universitas Negeri Yogyakarta), Prof. Dr. H. Abd. Rachman Assegaf, M.Ag (Guru Besar UIN Suka Yogyakarta), Dr. Mochamad Sodik, S.Sos., M.Si (Dekan FISIP UIN Suka Yogyakarta), dan Dr. Munawar Ahmad, S.S., M.Si (dosen UIN Suka Yogyakarta).

Menurut Ahmad Salim, nilai agama tetap bisa menjadi universum simbolik dan menjadi norma tertip atau pedoman etik bagi masyarakat sehingga masyarakat tetap memiliki makna dalam kehidupan dan tidak mengalami keterasingan dalam hidup di era modern ini.

Dalam rangka penguatan sakralitas nilai religiusitas sebagai universum simbolik tersebut, Ahmad Salim yang juga Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Alma Ata, menjelaskan bahwa lembaga atau institusi pendidikan mempunyai tugas penting untuk menselaraskan sekulerisasi dan nilai religius, sehingga dapat berjalan beriringan dan saling menguatkan. Kesuksesan lembaga pendidikan dalam mempertahankan nilai religius sebagai nilai universal sangat ditentukan oleh aktor pembelajar yang mempunyai kecerdasan toleransi tinggi sehingga tidak terjebak pada pemikiran yang sektarian.