Proses mengasuh dan mendidik buah hati tidak hanya dibatasi oleh jam, hari, atau minggu tapi bertahun tahun dalam perjalanan ibadah terpanjang selama hayat. Proses ini membutuhkan persiapan energi yang memadai bahkan ekstra agar tidak terjadi kecelakaan dalam pengasuhan/pendidikan yang berujung penyesalan baik di kehidupan dunia, maupun di akhirat. Pengasuhan akan jauh lebih membahagiakan jika selama perjalanan tersebut kita bisa menikmati, walaupun terkadang ada guncangan, jalan memutar, mendaki maupun menurun. Pengasuhan dan mendidik anak ini ada ilmunya berdasarkan pada Al-Qur’an (QS. Luqman) dan hadis Nabi SAW dimana pengasuhan ini sangat dinamis berdasarkan waktu dan tempat. Maka pengasuhan harus bisa beradaptasi dan itu semua dilakukan bedasarkan ilmu yaitu: a. Ilmu perkembangan dunia anak yang sangat dinamis, b. Muhasabah tentang tujuan membangun keluarga dan makna keluarga, d. Muhasabah makna anak, e. Muhasabah impian terhadap anak, f. Positive thinking dan berpositive feeling, g. Latihan terus menerus untuk menjaga intonasi suara menurun/tidak naik, h. Sabar, i. Penggunaa magic words seperti maaf, permisi, terimakasih, minta tolong, dan lain sebagainya.
Menjadi orangtua yang hebat butuh proses yang sungguh-sungguh sehingga mengantarkan anak menjadi qurrotu aýun dikarenakan persolan mengasauh dan mendidik anak adalah transaksi suci orangtua dengan Allah SWT dengan menerima keberadaan anak dengan segala keunikannya dalam kerangka hati yang penuh syukur sekaligus sabar. Kalau dianalogikan adalah jika menginginkan panen buah semangka jangan menanam biji terong atau biji kurma. Orangtua sebagai role model sekaligus pejuang tangguh untuk keberhasilan dunia akhirat anak.
Sudah menjadi sebuah kenyataan bahwa perjalanan mendidik dan mengasuh tentu tak selamanya mudah sehingga orangtua harus mengingat bahwa Ada 5 Posisi Anak dalam Al Qur’an yaitu: 1. Sebagai Hiasan Hidup, 2. Sebagai Cobaan/Ujian, 3.Sebagai Musuh, 4. Sebagai Anak Yang Lemah, 5. Sebagai Qurrotu Aýun.Orangtua dalam pengasuhan dan mendidik anak harus menghadirkan niat yang benar karena urgensi niat sangat menentukan daya tahan kita dalam melakukan perjalanan menjadi orangtua, niat yang ihlas yang semata mencari ridho Allah dengan kata lain orangtua tidak hanya fokus orientasi keduniawian yang rentan akan stress,depresi serta putus asa dan berakhir sia sia. Niat mengasuh dan mendidik anak untuk mencari ridho Allah SWT ini InsyaAllah bernilai ibadah.
Diakhir presentasinya Bunda Iffah mengingatkan bahwa mendidik tidak bisa mendadak, mendidik membentuk kebiasaan,dan meninggalkan kenangan.